Jangan heran…tatkala hendak memperebutkan kursi kekuasaan dalam sebuah wadah partai politik semisal partai penguasa, mendadak sontak bermunculan para actor politik berbicara tentang demi nama rakyat. Berbagai tehnik dan trik politik diluncurkan dengan berbagai bahasa atas nama rakyat. Aksi adu acting diruang public dengan mengusung citra diri sebagai pejuang sejati mewujudkan kesejahteraan rakyat, personalitas seorang politikus tiba-tiba diwarnai aura kepedulian tanpa batas guna mewujudkan kedaulatan.
Tetapi jelas semuanya aksi diatas panggung, politik sebenarnya merupakan panggilan kebangsaan dan karena itu tidak akan pernah bergeser menjadi profesi dengan terjun kedunia politik. Sesungguhnya berada dalam satu titik kesadaran untuk menghibahkan diri sepenuhnya memenuhi panggilan kebangsaan maka para politikus adalah pejuang yang mengusung misi besar memajukan dan memakmurkan bangsa. Namun dalam sisi lain politik kini sudah bukan lagi sebuah perjuangan kepentingan rakyat belaka, yang terjadi banyak politikus secara instan menjadikan politik sebagai sebagai ladang pekerjaan dan tata kelola politik dilumuri pamrih materi. Kini tidak heran bila nanti pada akhirnya ada politikus bisa menjadi monster pemburu rente yang korup, apakah hal-hal seperti ini yang akan kita akomodir….?
Lembaga Forum Kajian Study Pembangunan (FKSP) di Kabupaten Banyuwangi, Akta Notaris 61 Nomor 16 Maret 2012 SKT Nomor 220/ /205/429.204/2012 meyakini bahwa akhir-akhir ini mengamati perjalanan suatu proses pertarungan memperebutkan posisi ketua pada sebuah partai politik di Banyuwangi, yang tak lagi berada dalam suatu setting yang semata memosisikan public sebagai penonton yang pasif. Tetapi pandangan dan penilaian public malah diberikan suatu wadah berbagai media dengan demikian, public sengaja diposisikan sebagai elemen lain penentu kemenangan pertarungan politik seperti jajak pendapat ataupun pencitraan diri di sebuah media massa. Kata lain, apapun politik pencitraan digebrakan ketengah kehidupan masyarakat, toh pada akhirnya akan terbentur. Karena kebenaran absolute memiliki kemampuan korektif terhadap pencitraan.
Sehingga alangkah arifnya bila element penentu kemenangan pertarungan politik bisa berpikir lebih jernih, apabila menengok kebelakang prestasi yang telah diraih kader internal dalam memimpin dan mengelolah sebuah partai dari pada memperjuangkan kandidat yag masih belum jelas kepiawaianya dalam meminpin sebuah partai politik, mengingat hubungan partai politik di kabupaten Banyuwangi sungguh sangat harmonis dalam menghasilkan kebijakan-kebijakan yang dapat memberikan kemakmuran rakyatnya. baik di legislative maupun exsekutif.
Kendati kenyataan dan fakta, FKSP memandang memang ada sekelompok dan segelintir politikus curang, jalang, juling dan sangat suka memainkan trik ‘suka-suka’ melempar bola polemic, memantul layaknya bola bilyard hingga ada kesempatan si politikus itu menangkapnya serta memainkan untuk kepentingan yang menguntungkan. “Nggak perlu tunjuk orang, semua sudah tahu”.
Terpenting saran FKSP, politikus lain yang masih punya naluri kemanusiaan bisa membendung langkah politikus nakal itu. Caranya, memiliki ilmu yang sama dan memiliki cara intelegen yang sama pula atau paling tidak memiliki karakter dan pola permainan yang berimbang dan sepadan.
Tipsnya kalau ingin menang telak, - Politikus harus memiliki daya juang yang tinggi tanpa diembel-embeli politik pragmatis yang tentu banyak menumbalkan korban dan kerugian besar. – Ikuti aturan dan mekanisme yang benar. – Konsisten dalam berucap, bergerak, bersepakat, berintegritas yang tinggi dalam memperjuangkan kebesaran partai yang diyakini.
FKSP beranggapan politik tidak semuanya dilakukan dengan cara sentiment, kadang perlu seorang politikus menciptakan gerakan yang mendamaikan dan mendinginkan suasana. (Pandangan politik dibuat oleh Ketua FKSP, Hariyadi)
Lembaga Forum Kajian Study Pembangunan (FKSP) di Kabupaten Banyuwangi, Akta Notaris 61 Nomor 16 Maret 2012 SKT Nomor 220/ /205/429.204/2012 meyakini bahwa akhir-akhir ini mengamati perjalanan suatu proses pertarungan memperebutkan posisi ketua pada sebuah partai politik di Banyuwangi, yang tak lagi berada dalam suatu setting yang semata memosisikan public sebagai penonton yang pasif. Tetapi pandangan dan penilaian public malah diberikan suatu wadah berbagai media dengan demikian, public sengaja diposisikan sebagai elemen lain penentu kemenangan pertarungan politik seperti jajak pendapat ataupun pencitraan diri di sebuah media massa. Kata lain, apapun politik pencitraan digebrakan ketengah kehidupan masyarakat, toh pada akhirnya akan terbentur. Karena kebenaran absolute memiliki kemampuan korektif terhadap pencitraan.
Sehingga alangkah arifnya bila element penentu kemenangan pertarungan politik bisa berpikir lebih jernih, apabila menengok kebelakang prestasi yang telah diraih kader internal dalam memimpin dan mengelolah sebuah partai dari pada memperjuangkan kandidat yag masih belum jelas kepiawaianya dalam meminpin sebuah partai politik, mengingat hubungan partai politik di kabupaten Banyuwangi sungguh sangat harmonis dalam menghasilkan kebijakan-kebijakan yang dapat memberikan kemakmuran rakyatnya. baik di legislative maupun exsekutif.
Kendati kenyataan dan fakta, FKSP memandang memang ada sekelompok dan segelintir politikus curang, jalang, juling dan sangat suka memainkan trik ‘suka-suka’ melempar bola polemic, memantul layaknya bola bilyard hingga ada kesempatan si politikus itu menangkapnya serta memainkan untuk kepentingan yang menguntungkan. “Nggak perlu tunjuk orang, semua sudah tahu”.
Terpenting saran FKSP, politikus lain yang masih punya naluri kemanusiaan bisa membendung langkah politikus nakal itu. Caranya, memiliki ilmu yang sama dan memiliki cara intelegen yang sama pula atau paling tidak memiliki karakter dan pola permainan yang berimbang dan sepadan.
Tipsnya kalau ingin menang telak, - Politikus harus memiliki daya juang yang tinggi tanpa diembel-embeli politik pragmatis yang tentu banyak menumbalkan korban dan kerugian besar. – Ikuti aturan dan mekanisme yang benar. – Konsisten dalam berucap, bergerak, bersepakat, berintegritas yang tinggi dalam memperjuangkan kebesaran partai yang diyakini.
FKSP beranggapan politik tidak semuanya dilakukan dengan cara sentiment, kadang perlu seorang politikus menciptakan gerakan yang mendamaikan dan mendinginkan suasana. (Pandangan politik dibuat oleh Ketua FKSP, Hariyadi)