Sporty Magazine official website | Members area : Register | Sign in

Demo dukungan untuk bupati

Share this history on :

KMB- Ofiq Fiq Ofiq -Mahasiswa kok dibilang arogan? Musuh Bupati kok juga musuh NU? Mestinya yang arogan itu 'kan mereka yang suka bilang arogan pada yang lain. Dan musuh rakyat seharusnya menjadi musuh NU. NU kok jadi gerbong pendukung penguasa. Ah...

NU, Gol... Bunuh Diri
Oleh: Taufiq Wr. Hidayat

Andres Escobar melakukan kesalahan fatal saat berlaga untuk tim nasional Kolombia pada Piala Dunia 1994. Gol bunuh diri Escobar dalam menghadapi tim tuan rumah itu, membuatnya juga terkena “gol peluru” hingga ia tewas. Andres Escobar pemain bertahan Kolombia yang dalam kariernya bermain bersama dua klub, Atletico Nacional dan klub Swiss, Young Boys. Bermula di Atletico Nacional pada 1985 sebelum kemudian dilamar Young Boys pada 1989. Lalu, ia pulang ke Atletico Nacional sampai ajalnya.

Dalam laga kedua Grup A melawan tuan rumah, Amerika Serikat, Escobar hendak “menggembala” umpan silang gelandang Amerika, John Harkes. Tapi, celaka! Bola yang “digembalakannya” justru masuk dalam gawang Kolombia. Amerika Serikat menang 2-1, gol bunuh diri Escobar adalah biang ketersingkiran Kolombia di Piala Dunia. 2 Juli 1994, Escobar bersama kawan-kawannya ke sebuah bar, El Indio. Pukul tiga pagi, Escobar memisah dari rombongan. Di mobil itu, tiga orang pria dan satu wanita misterius mendatanginya. Entah apa yang diperdebatkan, yang jelas dua pria menodongkan moncong pistol kaliber 38 dan mengoyak dada Escobar, sang bek Kolombia yang masyhur itu. Sebelum peluru 12 biji diletuskan ke dadanya, sang penembak berteriak: “Goool!” dengan menirukan nada komentator sepak bola Amerika Selatan. Escobar meninggal 45 menit kemudian di rumah sakit. Pembunuhan dilakukan oleh Humberto Munoz Castro, pengawal anggota sebuah kelompok kartel besar Kolombia. Munoz juga supir Peter David dan Juan Santiago Gallon Henao, yang diduga mempertaruhkan banyak uang untuk tim nasional Kolombia pada Piala Dunia 1994.

Dan pemakaman Escobar yang dihadiri 120 ribu lebih pelayat, bagai memperingati kematian yang memang tak seharusnya. Dan setiap tahun, orang-orang merayakan “khoul” Escobar dengan membawa foto-foto Escobar ke dalam hiruk pikuk pertandingan. Pada Juli 2002, Kota Medellin mendirikan patung demi Escobar. Escobar diingat sejarah bukan karena gol yang dilahirkannya, tapi, ia diingat karena gol bunuh dirinya menyebabkan kemusnahan sosoknya di muka bumi.

Dan ketika hari ini, Jum’at 21 Oktober 2011, PC NU Banyuwangi melakukan istighosah dengan secara “malu-malu” mendukung pemerintahan Anas-Yusuf dalam peringatan setahun bupati dan wakil bupati hasil Pilkada 2010 itu, sungguh NU seolah-olah bagaikan Escobar yang menyarangkan gol ke gawangnya sendiri. PMII tidak diperbolehkan memakai fasilitas NU karena demontrasi mengeritik setahun pemerintahan Anas-Yusuf, itu dianggap tidak beretika. Banyak motif kenapa itu terjadi. Niat mulia untuk “memenangkan” diri menjadi justru “mengalahkan” dirinya sendiri. Pengamat bola waktu itu menjelaskan, bahwa permainan yang dilakukan Escobar adalah permainan yang emosional, sehingga ia gagal “menggembalakan” bola dan menyebakan “gol bunuh diri” yang mengakibatkannya dibunuh. Boleh jadi, fans fanatik dan para petaruh militan dari tim Kolombia saat melawan Amerika Serikat itu, berpikir bahwa Escobar tidak layak hidup walaupun tentu bukan niat Escobar untuk menjebol gawangnya sendiri, dan tidak ada yang tahu niat Escobar itu.

Tentu bukan niat NU untuk masuk dalam wilayah dukung-mendukung kekuasaan. Tapi, secara politis, secara budaya, secara religius, secara sosial, dan secara-secara yang lain, gerakan NU dalam wilayah dukung-mendukung itu sangat tidak menguntungkan bagi sebuah organisasi yang “sesuci” NU. Politik dan kekuasaan itu sangat kecil dibandingkan dengan sejarah NU, watak NU, dan ajaran-ajarannya. Lalu, kenapa ruang yang begitu kecil itu dimasuki “gajah” NU sehingga ia akan berada pada posisi yang sulit bergerak untuk kepentingan rakyat, agama dan nilai-nilai budayanya yang sungguh hebat itu? Bahkan gerakan emosional dan bersifat “mengendap-endap” dan “mencium tangan” kekuasaan justru akan menempatkan posisi NU begitu sulit, seperti posisi Escobar saat hendak menggiring umpan silang gelandang Amerika, John Harkes. Bola meleset! Dan mengoyak gawangnya sendiri. Seharusnya NU menjebol gawang lawannya yang menyebabkan ketidakberdayaan rakyat di dalam menghadapi sistem kekuasaan atau sikap kurang memihak dari penguasa terhadap hajat hidup mereka. Tapi, yang terjadi? Bola meleset! Maka, koyaklah gawang NU sendiri oleh pemainnya sendiri, ini sangat dikhawatirkan oleh jutaan fans dan pendukung fanatiknya, termasuk saya. Namun, yang menjadi pikiran saya, akankah NU bernasib seperti Escobar yang menerima 12 biji peluru di dadanya? Jika perlu! Jika tidak, tidak! Terserah kita.

Banyuwangi, 2011
Penulis adalah pengurus MWC NU Kota,
Wakil Ketua Ansor Kota, alumni PMII.
Pecinta Gus Dur
Thank you for visited me, Terima kasih telah mengunjungi website kami
www.KAUKUSMUDABANYUWANGI.com